Jakarta, ABIM (11/7/2017) – Indonesia adalah bangsa yang besar. Dengan jumlah penduduk kurang lebih 260 juta, yang merupakan negara dengan penduduk terpadat ke-4 dunia setelah India, Cina, Amerika. Indonesia merupakan negara kepulauan yang penuh dengan kekayaan dan keragaman budaya, suku bangsa, agama dan kepercayaan, bahasa daerah serta masih banyak lagi lainnya. Begitu juga dengan adat istiadat yang tentu juga berbeda-beda. Dan perbedaan tersebut bukanlah merupakan suatu kelemahan, namun sebagai kekuatan. “Kita bangsa yang betul-betul kekuatannya adalah perbedaannya. Jangan lupa itu.” Ungkap Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat memberikan pengarahan kepada Peserta Program Pendidikan Sespimmen (Sekolah Pimpinan Menengah) Polri 2017, pada Selasa (11/7) di Istana Wakil Presiden, Jakarta.
Lebih lanjut Wapres mencontohkan, kalau makan hanya satu jenis, ikan terus, tentu akan timbul kebosanan, tetapi apabila berbagai jenis menu dihidangkan, tentu akan menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Wapres juga berbangga hati karena walaupun Bangsa Indonesia hidup dalam perbedaan, namun dapat hidup dalam suasana yang damai. Sekalipun terjadi konflik, akan tetapi jauh lebih baik dibanding negara-negara di dunia lainnya. “Sebagai perbandingan sering dikatakan, penduduk Indonesia dan seluruh bangsa Arab hampir sama. Bangsa Arab lebih besar sedikit, kita 260 juta, mereka hampir 300 juta. Kita terdiri dari berbagai suku bangsa, kalau Arab relatif satu bahasa, relatif satu agama, warna kulit hampir sama, adat istiadat tidak jauh beda. Tetapi terdiri dari 16 negara dan 16 negara itu berperang satu sama lain sampai sekarang,” ujar Wapres.
Lebih jauh Wapres menyatakan bahwa dari 15 konflik yang pernah terjadi di Indonesia,diantarnya disebabkan ketidakadilan. Ketidak-adilan ekonomi, ketidak-adilan politik, dan ketidak-adilan sosial. ”Di Indonesia memang juga ada konflik. Dalam sejarah Indonesia, konflik besar terjadi sejak jaman merdeka sampai sekarang, kurang lebih 15. Konflik besar itu terjadi bila korbannya diatas 1000 orang. Mulai Madiun, RMS, PRRI/ Permesta, DI/TII, di Aceh, di Ambon, di Poso, di Kalimantan, di Papua, itu 15. Tapi akhirnya dapat kita selesaikan dengan baik konflik-konflik itu,” ungkap Wapres.
Wapres menggarisbawahi bahwa untuk mengatasi suatu konflik, tentu harus mengetahui akar permasalahnya. ”Karena itu, setiap permasalahan selalu kita analisa dengan berbagai pertanyaan. Apa yang terjadi? Siapa yang berbuat? Mengapa terjadi? Dimana terjadi? Kemudian baru bagaimana mengatasinya? Itu harus selalu menjadi kerangka berfikir,” tandas Wapres
Wapres juga berpesan kepada para peserta apabila nanti menjadi pejabat, maka yang harus dipegang pertama adalah harus bertidak secara adil. “Karena ketidakadilanlah yang selalu meyebabkan konflik itu. Walaupun ada juga masalah ekonomi, masalah tanah dan macam-macam, kriminal. Tapi cara penyelesaiannya adalah berdasarkan keadilan”, ujar Wapres.
Pada kesempatan tersebut Wapres juga mengucapkan Selamat Hari Bhayangkara ke-71, dengan harapan Kepolisian tetap selalu mengabdikan dirinya untuk ketertiban dan keamanan negara serta melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya.
Sebelumnya, Kasespimmen Polri, Brigjen Pol. Drs Haryanto dalam laporannya menyatakan bahwa Peserta Program Pendidikan Sespimmen Polri yang hadir dalam kesempatan tersebut adalah para Perwira Siswa dari seluruh Indonesia, berjumlah 246 personil, termasuk 5 orang dari manca negara, diantaranya 2 orang dari Fiji, 1 orang dari Singapura dan 2 orang dari Timor Leste.
Mereka akan dididik selama 7 bulan supaya lebih mahir, terpuji dan patuh hukum, dan hingga kini telah melewati 3 bulan pertama atau evaluasi tahap pertama. Diharapkan hasil dari kegiatan pembekalan ini agar lebih profesional karena mereka merupakan Calon Kapolres atau Kepala Operasional Tingkat Dasar yang akan bekerjasama dengan para Bupati, Dandim, Kejaksaan maupun Pengadilan. Sehingga bekal yang diberikan oleh Wakil Presiden dapat bermanfaat dilapangan secara baik dan sesuai harapan masyarakat.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohammad Oemar, Plt. Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan Guntur Iman Nefianto, serta Tim Ahli Wakil Presiden, Sofjan Wanandi. (ABIM/KIP Setwapres).