Sukoharjo, Jawa Tengah, ABIM (9/8/2017) – Presiden Joko Widodo mengingatkan pentingnya kontribusi dan pemikiran para ilmuwan sosial untuk menghadapi era perubahan yang saat ini terjadi.
“Saya ingin mengingatkan bahwa dunia juga berubah begitu sangat cepatnya. Kemajuan-kemajuan teknologi melahirkan begitu banyak inovasi teknologi yang destruktif sehingga akan bisa mengubah lanskap ekonomi, mengubah lanskap politik dan merubah lanskap sosial,” ujar Presiden saat membuka Kongres Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS) ke-X, di Best Western Premier Hotel, Solo Baru, pada Rabu, 9 Agustus 2017.
Perubahan-perubahan teknologi informasi yang sangat cepat dan mempengaruhi struktur lanskap sosial perlu mendapat perhatian dari para ilmuwan ilmuwan sosial.
Lebih lanjut Presiden mengingatkan bahwa semua perubahan yang terjadi harus benar-benar dipikirkan dan diantisipasi mulai dari sekarang. Selain itu harus mulai disiapkann kerangka kebijakan, baik di bidang ekonomi, politik, maupun sosial untuk mengantisipasi perubahan-perubahan, termasuk menyiapkan model pembangunan sosial yang tepat sehingga perubahan-perubahan yang terjadi tidak merusak dan sebaliknya perubahan itu mampu dikelola dengan baik dan memberikan dampak yang baik bagi masyarakat Indonesia.
“Untuk itu saya mendorong agar para ilmuwan sosial untuk memperbanyak riset-riset kebijakan terkait bagaimana kita mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut. Perubahan itu sudah di depan kita, sudah masuk di negara kita dan sekali lagi mata kuliah yang diajarkan juga jangan monoton, jangan linier, perlu kita sesuaikan dengan perkembangan yang terjadi,” ucap Presiden.
Oleh karenanya, Presiden mengingatkan bahwa perubahan lain yang tak kalah pentingnya adalah inovasi teknologi yang dapat mengubah dunia pendidikan di tanah air. Presiden berharap kurikulum pendidikan nasional lebih fleksibel dalam merespons perkembangan teknologi dan zaman.
“Kenapa tidak ada fakultas human resources management? Kenapa tidak ada fakultas logistik? Mengapa tidak ada fakultas green building?” tanya Presiden yang meyakini bidang-bidang tersebut amat dibutuhkan dewasa ini.
Di awal sambutannya, Presiden pun menyinggung tentang perubahan pola komunikasi antar individu dan keluarga karena adanya media sosial baru seperti twitter, facebook, instagram dan vlog. “Bahkan menjadi semakin sibuk berkomunikasi dengan gawai masing-masing, dengan smartphone masing-masing,” ujar Presiden.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Negara juga menyampaikan sejumlah perubahan nyata yang dapat disaksikan sekarang ini. Salah satunya ialah inovasi bisnis yang menyebabkan banyaknya pertokoan konvensional yang tutup, baik di Indonesia maupun di negara lain.
“Karena sekarang orang sudah berjualan lewat toko online,” ungkapnya.
Selain itu, perubahan juga terjadi dalam hubungan sosial dan politik di masyarakat. Hal ini akibat perbedaan cara berpikir antargenerasi yang tidak lagi monoton, linier, dan rutinitas.
“Artinya 5 – 10 tahun yang akan datang sudah tidak banyak lagi yang akan baca koran, sudah tidak banyak lagi yang akan melihat TV,” tutur Presiden.
Perubahan dan tantangan juga dihadapi oleh pers. Mengingat saat ini isu-isu yang berkembang di media sosial seringkali menjadi rujukan yang dipercaya oleh masyarakat luas.
“Media-media mainstream cetak, elektronik, sekarang harus bersaing dengan munculnya media-media online dan media sosial yang selalu mendahului,” ucap Presiden.
Untuk diketahui, kongres HIPIIS ke-X diselenggarakan pada tanggal 9-10 Agustus 2017 di Sukoharjo. Kongres yang mengangkat tema tentang “Peranan Ilmu-ilmu Sosial dalam Menjaga Kebinekaan dan Persatuan Bangsa” tersebut dihadiri oleh para Pengurus Pusat, Pengurus Cabang serta para penggiat ilmu-ilmu sosial seluruh Indonesia dan beberapa peninjau dari luar negeri.(ABIM)