/President of Religions for Peace International Apresiasi Indonesia Atas Kerja Nyata Jaga Kerukunan

President of Religions for Peace International Apresiasi Indonesia Atas Kerja Nyata Jaga Kerukunan

Jakarta, ABIM (24/11/2017) – President of Religions for Peace International  Kosho Niwano dan rombongan mengungkapkan apresiasi kepada bangsa Indonesia atas kerja nyatanya dalam menjaga kerukunan.

Pernyataan tersebut ia ungkapkan saat menemui Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (24/11).

“Indonesia adalah salah satu negara moderat yang menjaga toleransi antarumat beragama,” jelasnya.

Madame Rev. Kosho yang didampingi oleh Utusan Khusus Presiden untuk Dialog, Kerjasama Antaragama, dan Peradaban Din Syamsudddin mengatakan telah mendapatkan pandangan yang sangat berharga dari Wapres terhadap problematika seputar kerukunan antar-umat beragama.

“Saya sangat bahagia bisa bertemu Wapres yang merupakan  tokoh rekonsiliasi konflik agama di Indonesia. Dan Saya sangat senang melalui  Din Syamsudddin yang ditunjuk sebagai Utusan Khusus Presiden saya  bisa mendapatkan referensi yang baik untuk organisasi saya,”terangnya.

Menanggapi hal tersebut, Wapres menyampaikan terimakasih atas pujiannya dan berharap pertemuannya dapat memberikan manfaat bagi organisasi Religions for Peace.

“Pluralisme di Indonesia sudah ada sejak dulu. Indonesia memiliki tingkat toleransi yang tinggi.” terangnya.

Sebagai contoh, lanjut Wapres, dengan adanya hari-hari besar yang dirayakan oleh seluruh warga negara, meski jumlah populasi agamanya hanya satu persen. “Menteri kami yang berjumlah 35 orang, sudah mewakili masing-masing agama yang ada di Indonesia dan hal ini tidak ditemui di negara-negara lain,” jelasnya. “Di Indonesia pluralisme dijadikan sebagai jalan hidup,”imbuhnya.

Lebih lanjut Wapres mengatakan bahwa di Makassar telah dibentuk forum lintas agama untuk membicarakan tentang persoalan-persoalan seputar kerukunan umat beragama yang kegiatannya setiap tiga bulan sekali.

“Bagi saya, konflik agama tidak selalu berasal dari permasalahan agama. Biasanya akarnya adalah politik, tapi masyarakat pasti mudah terpancing karena di dalamnya pasti ada unsur-unsur agama,” tuturnya.

Wapres juga mencontohkan bentuk toleransi yang dilakukan Indonesia terhadap krisis kerukunan antarumat beragama di Myanmar, yakni mengembalikan keadaan kondusif dengan mempersatukan tokoh-tokoh Buddha dan Islam.

Saat ini, Indonesia sedang dalam tahap proses pembangunan rumah sakit yang letaknya di perbatasan antara penduduk yang mayoritas beragama Buddha dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam. Harapan Wapres, rumah sakit itu dapat digunakan oleh kedua belah pihak sehingga dapat menurunkan ekskalasi konflik yang mengerucut pada kesenjangan antaragama.

“Rencananya tenaga medis akan diisi oleh warga Myanmar, namun manajemennya akan disupervisi oleh Indonesia,”katanya.

Dalam diskusinya, Wapres mencontohkan bagaimana Indonesia bisa konsisten menjaga toleransi antarumat beragama dengan menjadikan Borobudur (lambang Buddha) sebagai simbol promosi Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Selain itu, Wapres mencontohkan bagaimana Indonesia bisa konsisten menjaga toleransi antarumat beragama dengan menjadikan Borobudur (lambang Buddha) sebagai simbol promosi Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

“Meski Islam penduduk terbesar, Borobudur jadi Simbol promosi Indonesia,”pungkasnya.

Hadir mendampingi Wapres, Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar, Deputi Dukungan Bidang Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto, Staf Khusus Wapres Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daaerah Syahrul Udjud, serta Staf Khusus Wapres Bidang Reformasi Birokrasi  Azyumardi Azra (ABIM/DM/KIP-Setwapres).