Jakarta, ABIM (29/12/2017) – Berbagai perkiraan tentang risiko yang dihadapi perekonomian Indonesia selama tahun 2017 berhasil dilewati dengan baik. Salah satu buktinya adalah Indeks Harga Saham Gabungan di hari terakhir bursa tahun 2017, Jumat 29 Desember 2017, ditutup pada 6.355,65.
“Ini angka yang diluar perkiraan kita semuanya. Dulu banyak yang menyampaikan bisa 6.000 saja, kita sudah untung, sudah senang. Nah kalau sekarang 6.355 bagaimana? Saya lihat kerja keras dari Bursa Efek Indonesia patut kita apresiasi dan juga patut kita syukuri bersama,” ucap Presiden Joko Widodo.
Presiden mengatakan hal itu ketika memberikan sambutan setelah menutup secara resmi perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta.
Di awal tahun 2017, banyak yang memperkirakan ekonomi Indonesia akan terpengaruh berbagai hal, seperti kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed, stimulus fiskal besar-besaran oleh Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, dan arus modal akan berbondong-bondong lari kembali ke Amerika.
Tak cukup sampai di situ, kekhawatiran akan ekonomi Indonesia juga dapat terjadi karena naiknya sentimen proteksionisme di seluruh dunia mengenai risiko akan terjadinya perang dagang. Apalagi akan dilaksanakan pemilihan umum di beberapa negara di Eropa seperti Belanda, Prancis dan Jerman, dimana tokoh-tokoh garis keras diperkirakan akan menjadi presiden atau perdana menteri.
Namun, lanjut Presiden, yang terjadi justru sebaliknya, seperti nilai tukar US dollar melemah sepanjang tahun 2017, bahkan sudah kembali di bawah titik saat kemenangan Presiden Trump di Pemilu Amerika tahun lalu.
“Arus modal ke negara-negara berkembang termasuk ke Indonesia, mencapai sebuah rekor. Yang terpilih di Eropa, malah Pemimpin yang sudah ada terpilih kembali. Bahkan di Prancis, yang terpilih adalah Tokoh Reformis, Presiden Emmanuel Macron,” ujar Presiden.
Ekspor negara-negara berkembang, khususnya di Asia malah melonjak. Tahun 2017 adalah tahun di mana laju pertumbuhan perdagangan dunia kembali di atas laju pertumbuhan ekonomi dunia.
“Ekspor Indonesia tahun ini, naik double-digit sekitar 15-17 persen. Investasi Internasional ke Indonesia, tahun ini juga naik double-digit sekitar 13-14 persen. Sovereign Rating Indonesia mendapat upgrade. Bukan satu, tapi dua,” ujar Presiden.
Upgrade pertama dari S&P, kembali ke ‘layak investasi’ atau investment grade dan kedua dari Fitch, dari BBB- menjadi BBB.
Seandainya di awal tahun, ketakutan ketakutan menghadapi semua risiko-risiko yang digambarkan oleh para ‘ahli’ didengar dan diikuti dengan melepas semua saham, semua properti dengan menjualnya.
“Kita hanya pegang cash, berapa keuntungan yang hilang? Berapa keuntungan kita yang gagal?” kata Presiden.
Sebagai gambaran, Presiden menyebutkan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan selama tahun 2017 hampir mencapai 20 persen. “Ini kan juga angka yang tidak kecil. Jadi kalau kita jual semua saham kita di awal tahun supaya aman memegang cash, ya itulah keuntungan yang gagal kita dapat,” ujar Presiden.
Presiden berharap agar semua pihak tidak perlu lagi menanggapi kabar-kabar yang mengkhawatirkan dan menjadikan bangsa ini pesimis. Justru harus memanfaatkan momentum yang sangat bagus ini untuk digunakan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya.
“Kesimpulannya apa? Yang penting adalah jangan takut. Risiko selalu ada, tapi justru itu peluangnya,” ujar Presiden.(ABIM)