Nusa Dua, Bali, ABIM (10/4/2018) – Kementerian Perdagangan berkomitmen meningkatkan kerja sama perdagangan dengan negara-negara di kawasan Afrika. Upaya ini dilakukan melalui pertemuan bilateral yang dilakukan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dengan negara Maroko, Somalia, dan Nigeria di sela penyelenggaraan Indonesia-Africa Forum 2018. Pertemuan bilateral tersebut berlangsung hari ini, Selasa (10/4) di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC), Nusa Dua, Bali.
“Pertemuan bilateral ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan perdagangan Indonesia dengan negara-negara di kawasan Afrika yang ditargetkan naik 11% dibandingkan tahun sebelumnya,” jelas Mendag.
Sebelumnya, perdagangan antara Afrika-Indonesia pada tahun 2017 mencapai USD 8,84 miliar atau meningkat sebesar 15,25% dibandingkan tahun 2016.
Mendag menyampaikan, salah satu tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan kerja sama perdagangan dengan negara-negara di kawasan Afrika adalah hambatan tarif. Ini dikarenakan belum ada perjanjian dagang yang mengikat. Selain itu, kesepakatan dengan negara-negara di Afrika belum dapat dilakukan melalui pertemuan bilateral karena adanya kesepakatan regional yang mengikat negara-negara tersebut. Tantangan lainnya adalah dinamika politik internal di kawasan Afrika.
Mendag melakukan pertemuan bilateral dengan Wakil Menteri Luar Negeri Maroko Mounia Boucetta. Salah satu hal yang dibahas dalam pertemuan tersebut yaitu kesepakatan tarif preferensial (PTA).
“Dalam pertemuan tersebut, Maroko menyampaikan dukungan usulan PTA yang disampaikan oleh Indonesia. Untuk itu, sebelum perundingan PTA dimulai, kedua negara akan bertemu di tingkat tenaga ahli sebelum Juni 2018,” jelas Mendag.
Selain itu, dalam pertemuan tersebut juga dibahas peningkatan kerja sama dan kapasitas di antara kedua negara. Indonesia, lanjut Mendag, juga menyampaikan rencana misi dagang ke Maroko yang akan dilaksanakan pada 27-28 Juni 2018.
Maroko merupakan salah satu pasar ekspor nontradisional yang menjadi hub ke pasar Afrika. Total perdagangan Indonesia-Maroko pada 2017 mencapai USD 154,8 juta. Nilai tersebut terdiri atas ekspor Indonesia ke Maroko sebesar USD 86 juta, dan impor Indonesia dari Maroko sebesar USD 68,8 juta. Dengan demikian, Indonesia memperoleh surplus perdagangan USD 17,1 juta.
Selanjutnya, Mendag juga bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Somalia, Mukhtar Mahat Daud. ”Somalia merupakan pasar potensial bagi Indonesia karena kondisinya yang saat ini sudah mulai pulih dari perang,” jelas Mendag.
Ekspor Indonesia ke Somalia saat ini, lanjut Mendag, masih belum bisa dilakukan secara langsung.
“Ekspor Indonesia ke Somalia masih melalui pihak ketiga, yaitu Kenya. Ini dikarenakan faktor keamanan di Somalia. Untuk itu, para pelaku usaha Indonesia perlu memanfaatkan keberadaan komunitas Somalia di Kenya untuk keperluan ekspor dan impor,” imbuhnya.
Total perdagangan kedua negara memberikan surplus bagi Indonesia sebesar USD 75,5 juta.
“Surplus ini dicapai dikarenakan tidak adanya produk Somalia yang diekspor ke Indonesia. Sebaliknya, produk ekspor Indonesia yang cukup dikenal di Somalia yaitu sarung, mi instan, dan kosmetika,” jelas Mendag.
Mendag juga bertemu dengan Permanent Secretary of Federal Ministry of Mining and Steel Nigeria Abdulkadir Muazu. Dalam pertemuan tersebut Indonesia meminta konfirmasi terkait PTA Indonesia-Nigeria dan PTA Indonesia-The Economic Community of West African States (ECOWAS) dan meminta dukungan dari Permanent Secretary untuk dapat menyampaikan kepada pemerintahnya agar negosiasi PTA secara bilateral dapat dimulai.
Total perdagangan Indonesia-Nigeria di tahun 2017 mencapai USD 1,63 miliar. Nilai ini diperoleh dari ekspor Indonesia sebesar USD 343,8 juta dan impor USD 1,29 miliar. Dengan demikian, Indonesia masih mengalami defisit sebesar USD 945,3 juta. Namun, defisit ini diperoleh dari impor minyak mentah.
Dalam pertemuan bilateral tersebut, Mendag juga mengundang para pelaku usaha dari negara- negara itu untuk berpartisipasi di Trade Expo Indonesia 2018 yang akan berlangsung pada 24-28 Oktober 2018 di Indonesia Convention Exhibition Bumi Serpong Damai (ICE-BSD), Tangerang.
Salah satu nilai plus dari Indonesia dalam upaya meningkatkan kerja sama dengan negara-negara di kawasan Afrika adalah adanya ikatan historis emosional di masa lampau. “Ikatan historis emosional ini yang membuat hubungan antara Indonesia dan Afrika menjadi istimewa. Namun selain faktor tersebut, kita juga harus membuktikan bahwa kita mampu berkompetisi dengan negara lain,” pungkas Mendag.
Pada hari kedua pelaksanaan IAF 2018, Mendag akan melakukan beberapa pertemuan bilateral dan menjadi pembicara dalam Bisnis Forum serta menerima delegasi bisnis.(ABIM)