/Wapres Jusuf Kalla: Perhatikan Multiplier Effect Pembangunan Infrastruktur dan Standarisasi pada Kontruksi

Wapres Jusuf Kalla: Perhatikan Multiplier Effect Pembangunan Infrastruktur dan Standarisasi pada Kontruksi

Jakarta, ABIM (22/1/2019) – Membangun infrastruktur adalah suatu kewajiban bagi suatu negara, oleh karena itu membangun infrastruktur tidak boleh berhenti, sebab akan mendatangkan multiplier effect. Jikapun suatu negara dalam keadaan krisis sebaiknya pembangunan infrastruktur tidak berhenti.

Hal tersebut disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat memberikan keynote speech pada acara Indonesia Development and Business Summit, dengan tema “New Construction opportunity 2019 beyond infrastructures,” di Jakarta, Selasa (22/01/19).

“Suatu negara tidak pernah berhenti membangun infrastruktur, Amerika dan Cina pun yang sedemikan begitu bagusnya infrastrukturnya, begitu krisis, solusinya adalah membangun infrastruktur lagi, agar terjadi multiplier effect, jadi memang infrastruktur adalah kegiatan yang tidak pernah berhenti” demikian Wapres mengawali Keynote speechnya,” ujarnya.

Lalu, Wapres dalam sambutannya menyinggung makna beyond infrastruktur (Wapres mengatakan Beyond infrastructures : setelah infrastruktur/diluar infrastruktur), yang menjadi tema acara tersebut. Ia menyatakan bahwa setelah pembangunan infrastruktur 2015-2019, tentunya infrastruktur berdampak pada perbaikan pertumbuhan ekonomi, sehingga setiap negara senantiasa melanjutkan pembangunan infrastrukturnya.

“Kalo berbicara (beyond infrastuctures) setelah infrastruktur, infrastruktur tentu memperbaiki pergerakan orang, memperbaiki suatu kegiatan ekonomi yang bersandar dari hal tesebut, semua negara juga memperbaiki atau melanjutkan pembangunan infrastrukturnya” ucapnya.

Disebabkan akan menimbulkan multiplier effect maka Wapres menghimbau dalam melakukan pembangunan infrastruktur seharusnya mengetahui dengan benar hal-hal apa yang perlu dilakukan. Wapres juga menghimbau agar daerah tidak membangun jalan tol hanya karena kebanggaan semata, sebaiknya melihat pada kemanfaatan dan fungsinya. Jika membangun jalan tol namun tidak ada/sedikit pengguna tolnya maka hal tersebut akan mengurangi kemanfaatan pembangunan tol tersebut.

“Infrastruktur harus disesuaikan dengan wilayah (daerah) masing-masing , sering daerah , bupati kebanggaannya mau bikin, minta jalan tol, padahal yang bayar pemakai jalan tol, untuk daerah tertentu harus ada jalan tol seperti jawa dan sebagian didaerah sumatera , tanpa jalan tol di jawa maka logistik akan menjadi masalah atau terjadi keterlambatan ,” jelasnya.

Selain melihat kemanfaatan, pembangunan infrastruktur juga harus e sien. Wapres menjelaskan bahwa pembangunan LRT diatas jalan tol sangat tidak e sien terutama dengan membuatnya elevated hal tersebut membuat tol tidak bisa diperlebar dan biaya pembangunan LRT diatas jalan tol dapat mencapai 10 kali lipat dibandingkan dengan pembangunan di bawah.

Dalam acara tersebut Wapres juga mengimbau agar insinyur tidak hanya membuat pembangunan Infrastuktur tapi memahami konsep pembangunan infrastruktur yang baik serta membangun dengan memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat dan memperhatikan lingkungan (go green).

Wapres mengatakan bahwa menjadi tanggung jawab bersama terutama insinyur untuk memperbaiki pembangunan Infrastuktur, tidak hanya secara ekonomis tapi juga teknis. Dengan memperbaiki dua hal tersebut diharapkan sebagai bagian evaluasi negara ini untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur juga meningkatkan kemanfaatannya.

New construction opportunity

Jika kita bertanya tentang peluang konstruksi apa setelah pembangunan infrastruktur 2015-2019, untuk menjelaskan hal tersebut, Wapres menceritakan tentang indikator kemajuan Amerika yaitu tergantung pada kenaikan penjualan rumah dan kenaikan penjualan mobil.

Beliau juga menjelaskan bahwa Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memiliki program satu juta rumah per tahun.

Lebih lanjut beliau menjelaskan konstruksi akan terus berkembang karena penduduk akan bertambah sekitar 1,5% pertahun, artinya pertumbuhan rumah akan meningkat. Namun pembangunan rumah sebaiknya tidak dengan konsep landed house (terutama untuk daerah padat penduduk seperti Jakarta), tetapi konsep tingkat keatas (seperti apartemen).

Wapres juga menghimbau untuk melakukan standarisasi dalam membangun rumah yang baik dan murah. Untuk itu Wapres menyarankan ada standarisasi pada konstruksi.

“Bagaimana membangun rumah yang baik tapi murah, hanya bisa dilakukan bila kita membuat stadarisasi, rumah pintunya standar, jendelanya standar, segala macam harus di standarisasi, sehingga orang tinggal membeli komponen, sehingga rumah itu hasilnya dampak industri bukan lagi hasil dari pekerjaan tukang,” tegasnya.

Berkenaan dengan penyediaan rumah, terang Wapres, jika di negara-negara lain, warganya dapat mencicil rumah 20 sampai 30 tahun, berbeda dengan Indonesia yang biasanya mencicil rumah hanya diberjangka waktu 10 hingga 20 tahun, hal tersebut disebabkan bunga bank yang tinggi.

Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah telah melakukan berbagai upaya agar masyarakat dapat memiliki rumah seperti menekan DP, memberikan subsidi, dan membangun apartemen dekat dengan lapangan pekerjaan. Hal tersebut telah dilakukan Pemerintah sebagai pelaksanaan suatu kebijakan yang harus dilaksanakan untuk kesejahteraan masyarakat.

Dalam kesempatan tersebut Wapres juga menyinggung tentang revolusi Industri. Pada era revolusi industri 4.0 saat ini bisnis proses sudah mulai berubah dan menimbulkan tantangan sekaligus peluang bagi para insinyur dan para sarjana untuk meningkatkan kreativitas.

Tuntutan beradaptasi dengan kemajuan teknologi sangat diperlukan, karena kemajuan teknologi dapat menghilangkan satu pekerjaan tetapi juga menimbulkan lapangan kerja baru.

Selain itu, akibat kemajuan teknologi, kata Wapres, menimbulkan global small bisnis, suatu bisnis yang tidak lagi membutuhkan kantor berukuran besar tetapi dapat mengglobal bisnisnya.

Di kesempatan itu, Wapres juga menekankan pentingnya mengurangi ketergantungan dari luar negeri namun berdayakan kemampuan dalam negeri dengan menggunakan kontraktor dan desainer pembangunan dari anak negeri.

Karena sebelumnya pembangunan seperti bandara Cengkareng , dan beberapa bandara lainnya di Indonesia menggunakan kontraktor dan desainer asing, namun saat ini sudah mulai menggunakan tenaga kontraktor dan desainer negeri sendiri , salah satunya pembangunan Bandara di Makassar dan Medan.

Diakhir Keynote speech nya Wapres mengajak para hadirin untuk ikut bersama sama meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena jika pertumbuhan ekonomi baik maka konstruksi akan berkembang.

Sebelumnya Ketua Alumni Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (KATSGAMA), Mursyid Suyadi melaporkan bahwa forum ini terselenggara karena kerjasama KATSGAMA dengan KADIN dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan di hadiri sekitar 310 orang yang terdiri dari Para Menteri dari Kementerian/ Lembaga terkait, pemerintah provinsi/kabupaten/kota, asosiasi pengusaha dan asosiasi profesi bidang infrastruktur dan konstruksi, profesional insinyur dan arsitek dan lain-lain.

Ia juga menyebut bahwa acara tersebut nantinya akan menghasilkan rekomendasi teknokratik yang akan di berikan kepada pemerintah sebagai bahan masukan.

Turut mendampingi Wapres dalam kesempatan tersebut Kepala Sekretariat Wapres Mohammad Oemar, Staf Khusus Wapres Bidang ekonomi dan Keuangan, Wijayanto, Plt. Deputi Bidang Ekonomi dan Keuangan, Wilarno, Tim ahli Wapres, Sofyan Wanandi.(ABIM/IO/SK/KIP-Setwapres).