/Jubir Presiden dan dr Tirta Berdiskusi Tentang Tantangan dan Peluang New Normal di Kampus UKI

Jubir Presiden dan dr Tirta Berdiskusi Tentang Tantangan dan Peluang New Normal di Kampus UKI

Jakarta, ABIM (26/6/2020) – Program Studi Ilmu Politik Universitas Kristen Indonesia mengadakan Webinar yang bertajuk “Tantangan Dan Peluang Implementasi New Normal Serta Ancaman Kesehatan Yang Masih Menghantui”, Kamis (25/6/2020) siang.

Diawali dengan sambutan oleh Rektor UKI, Dr. Dhaniswara K. Hardjono, SH, MH, MBA. Dalam sambutannya Rektor UKI menjelaskan tentang implementasi New Normal di Lingkungan kampus UKI yang diterapkan bertahap. Kampus yang didirikannya sedang merespon transisi maupun implementasi menuju New Normal.

Ia kemudian menyampaikan terimakasih atas kehadiran Juru Bicara Kepresidenan RI yang telah bersedia meluangkan waktu dalam mengedukasi serta menyampaikan informasi tentang kebijakan pemerintah tentang implementasi New Normal bagi mahasiswa di Kampus UKI.

“Kami berterima kasih atas kesediaan pak Fadjroel untuk memberi edukasi kepada civitas akademika UKI mengenai penanggulangan Covid-19,” ujarnya.

Diskusi yang dimoderatori oleh Indah Novitasari ini dimulai dengan pemaparan oleh, M. Fajroel Rachman, dengan judul materi “Indonesia Bangkit Dalam Kenormalan Baru”. Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam kebangkitan dari krisis pandemi Covid 19 ini.

Hal itu harus ditunjukkan dengan kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan yang telah disosialisasikan mulai dari presiden, tenaga kesehatan hingga pemerintah daerah.

“Tidak henti-hentinya disampaikan oleh Presiden dalam setiap kesempatan seperti, jaga jarak, rajin mencuci tangan, menggunakan masker, menghindar dari kerumunan, dan keluar rumah seperlunya saja,” jelas Fadjroel.

Selanjutnya ia menghimbau kepada masyarakat dengan dibantu akademisi untuk terus melakukan ketaatan terhadap regulasi dan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) maupun PSBB transisi.

“Selain perilaku umum masyarakat akan protokol Kesehatan juga perlu untuk memperkaya diri dengan literasi data, media, maupun informasi yang paling benar. Literasi informasi baik data maupun pengetahuan umum yang benar menjadi tugas mahasiswa dan dosen di perguruan tinggi untuk mensosialisasikan,” ujarnya.

Tak hanya itu, mahasiswa dan akademisi yang telah tercerahkan, punya tugas dan peran penting mengedukasi masyarakat Indonesia agar terhindar dari berita bohong dan kesalahan perilaku ketika memasuki era New Normal.

“Masyarakat perlu diedukasi sehingga produktivitas sosial juga terjaga termasuk ekonomi mampu bangkit dari keterpurukan akibat krisis pandemi ini (nantinya),” tambah Fajroel, mantan aktivis yang pernah dipenjara rezim Orde Baru ini.

Pada kesempatan tersebut Jubir Presiden juga menjelaskan upaya presiden untuk senantiasa memberikan contoh langsung kepada masyarakat tentang bagaimana tetap produktif dan aman dari Covid-19.

” Presiden selalu berupaya memberi contoh secara langsung bagaimana caranya tetap berkegiatan dan berkarya tapi tetap aman Covid-19…Pada hari ini beliau memberi contoh bagaimana bepergian keluar kota untuk meninjau posko penanganan Covid-19 Jawa Timur…Sebelumnya cara berolahraga beliau tunjukkan di Istana Bogor, kemudian Shalat Jumat di Masjid Istana Merdeka”.

Sementara itu, relawan Covid-19 yang aktif mendorong masyarakat melakukan perilaku sehat, Dokter Tirta Mandira Hudhi menekankan pentingnya edukasi sosial bagi masyarakat, dengan pendekatan budaya maupun kearifan lokal.

“Akademisi (mahasiswa dan dosen) berperan sebagai opinion leader yang berbasis keilmuan dan data yang benar. Dengan cara itu pemerintah dan seluruh sistem Kesehatan nasional dapat berfokus pada penanggulangan pandemi ini terutama korban terdampak, pasien, maupun keluarga terdampak,” ujarnya.

Ia melanjutkan kedatangan Presiden Jokowi hari ini ke Jawa Timur merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh masyarakat bahwasanya kedatangan kepala negara membuktikan virus ini sangat berbahaya dan menjadi perhatian serius seorang presiden.

“Seperti kita tahu pada hari ini Jokowi berangkat ke Jatim karena di sana dari grafik per hari (kenaikan) kasusnya tertinggi. Harapannya pak Jokowi ke Jatim itu untuk meredakan isu di sana dan sebuah pesan bahwa memang kepala negara peduli kepada warga negaranya di darah yang memang belum ada tanda-tanda penurunan Covid-19,” ujar dokter yang juga influencer ini.

Selanjutnya ia menitipkan pesan kepada mahasiwa untuk terus memperkuat ekonomi lokal melalui UKM sebagai solusi atas kontraksi ekonomi yang kian negatif. Pemerintah butuh dibantu untuk memperkuat ekonomi sehingga pilihan New Normal memang harus dilakukan.

“New Normal memang harus seperti itu gak mungkin kita biarkan ekonomi di posisi lock terus yang bisa mengakibatkan Covid selamat tapi kita gak makan. Jadi kita harus tetap gotong royong mandiri biar Indonesia bisa selamat,” pesannya.

Pembicara terakhir, Ketua Prodi Ilmu Politik UKI, FX. Gian Tue Mali menekankan peran

penting sistem politik termasuk sistem pemerintahan dalam mengubah perilaku masyarakat agar mampu terimplementasinya dengan baik program New Normal ini.

Bagi dia pandemi ini membawa perubahan sosial multidimensional, sehingga sistem politik harus melahirkan kebijakan, regulasi dan penegakkannya hingga sosialisasi agar terbentuknya perilaku sosial baru bangsa Indonesia.

“Dampak pandemi yang menghantam seluruh aspek sosial mau tidak mau harus direspon oleh seluruh struktur sosial politik baik itu pemerintah, partai politik, media massa, civil society, dan yang terutama adalah masyarakat luas agar Indonesia mampu keluar dari krisis sosial ini,” Jelasnya.

Ia pun meminta masyarakat sadar dan mengikuti arahan pemerintah yang sudah sangat baik dan berusaha keras menangani Covid-19 dibandingkan negara-negara lain.

“Filipina yang cenderung otoriter atau punya daya memaksa tinggi tidak seperti di kita Indonesia yang tadi disebutkan pak Fajdroel lebih humanis dan mengedepankan keterbukaan, leadership yang mengayomi. Ternyata di Filipina tidak bisa menurunkan masalah akibat Covid. Ternyata jumlah pasien covidnya lebih tinggi, Indonesia lebih baik jika kita berkaca dari fasilitas kesehatannya,” ujar FX. Gian.(ABIM)