/Gubernur Sulsel Prof Nurdin Abdullah Petik Stroberi Hasil Budidaya Warga di Desa Bonto Tallasa

Gubernur Sulsel Prof Nurdin Abdullah Petik Stroberi Hasil Budidaya Warga di Desa Bonto Tallasa

Bantaeng, Sulawesi Selatan, ABIM (2/2/2021)  – Lahan seluas dua hektare di Desa Bonto Tallasa, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng, disulap menjadi kebun stroberi agrowisata. Masuk ke kebun ini, pengunjung disajikan dengan pemandangan pepohonan yang rindang dan udara sejuk. Pengunjung dapat dengan bebas memetik hasil panennya. Tempat ini menghasilkan buah stroberi yang berukuran besar dan manis.

Tak hanya memetik, di sini pengunjung juga disediakan fasilitas gazebo dan spot foto yang instagramable karena dilengkapi berbagai atribut berwarna warni. Misalnya payung dan kincir angin kecil.

Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Prof HM Nurdin Abdullah, Selasa, 2 Februari 2021, juga berkunjung ke tempat ini. Ia memetik dan memanen stroberi pada kebun yang ditanami awal pada enam bulan lalu ini.

“Saya gembira sekali ternyata masyarakat sekarang sudah mengembangkan stroberi yang saya dulu bawa dari Jepang,” kata Nurdin Abdullah.

Ia mengapresiasi Pemerintah Daerah Bantaeng yang terus mengembangkan buah favorit yang banyak dijadikan sebagai berbagai jenis bentuk makanan.

“Alhamdulillah saya mengapresiasi pemerintah daerah terus mendorong masyarakat untuk mengembangkan berbagai komoditas, termasuk stroberi ini. Dan ini tugas kita sekarang adalah bagaimana kita promosi, supaya lebih banyak pengunjung ke sini,” sebutnya.

Apalagi stroberi tidak ada batasan musim berbuah, sehingga semak cemara atau pohon stroberi dapat dipanen secara bergantian. Di tempat ini, satu pohon menghasilkan 30 buah. Ditanam hingga dapat berbuah dengan masa 1,5 bulan.

Nurdin juga mengapresiasi Pemkab Bantaeng mendorong ekonomi kerakyatan. Ia menilai sesuatu langkah yang baik dalam masa pandemi Covid-19.

“Ini banyak saudara kita harus dirumahkan dan PHK. Ini adalah peluang yang sangat bagus untuk kita kembali ke desa, untuk mendorong ekonomi desa,” ujarnya.

Nurdin menjelaskan, untuk pengembangan stroberi di Bantaeng, awalnya para petani dibawa studi banding ke Malang (Jawa Timur) di kebun apel dan ke Ciwidey (Jawa Barat). Dengan melihat potensi kabupaten yang pernah dipimpinnya ini memiliki tiga cluster. Mulai pinggir pantai, dataran rendah sampai dataran tinggi.

“Nah ini cocoknya di dataran tinggi. Saya kira diawali dengan bibit dari Ciwidey terus ada konsultan Jepang kita, mereka bawa bibit Jepang ke sini. Akhirnya, bisa mengembangkan di sini lebih besar dan manis, bedanya itu. Biasanya stroberi itu kecut, ini manis,” jelasnya.

Pemerintah terus mengajak masyarakat untuk mengambangkan stroberi. Jika awalnya pemerintah melalui APBD melakukan pengembangan, sekarang didorong sentra pembudidayaan yang dikelola oleh masyarakat.

“Memang tidak sulit, karena mereka datang studi banding langsung melihat pengelolaan dan pemeliharaannya dan melihat animo pengunjung wisata. Sehingga mereka tertarik. Pemerintah hanya mendorong saja. Saya bersyukur kita datang dan berharap Pak Bupati mengembangkan lebih luas,” imbuhnya.

Selain dikembangkan, mengkonsumsi buah stroberi juga diharapkan menjadi kebiasaan masyarakat, karena memiliki kandungan vitamin C.

“Ini sangat layak untuk dikembangkan apalagi kalau masyarakat dibudayakan makan ini, karena kandungan vitamin c sangat tinggi. Di masa pandemi, saya kira konsumsi stroberi ini salah satu untuk mencegah kita kena Covid-19, supaya imun kita terus terjaga,” harapnya.

Sedangkan, Bupati Bantaeng, Ilham Azikin mengapresiasi inisiasi Nurdin menghadirkan budidaya stroberi di Bantaeng. Harapannya, selain memiliki nilai ekonomi kesejahteraan bagi petani, juga menjadi ruang edukasi dan rekreasi bagi masyarakat.

“Pasarannya sampai di Makassar, baik itu di cafe dan warkop yang buat jus stroberi,” ungkapnya.

Pemerintah daerah mendukung pembudidayaan, termasuk membangun green house dan perluasan lahan.

Kepala Desa Bonto Tallasa, H Basing, menyebutkan, kondisi lahan di desanya cocok untuk ditanami stroberi, dengan kondisi ketinggian laihan 600 mdpl

“Di sini cuman ketinggian 600 (mdpl) di banding yang 1000 justru lebih subur di sini,” jelasnya.

Desa ini berkomitmen untuk mengembangkan stroberi agar bisa mengangkat nama desa.

Sementara itu, petani pemilik kebun, Syamsir mengatakan, hasil kebunnya juga dikonsumsi oleh warga sekitar. (ABIM)