/Aliansi UEU-Arizona State University Cintana, Aset ASEAN

Aliansi UEU-Arizona State University Cintana, Aset ASEAN

Hafid Abbas
International Consultant at SEAMEO RETRAC, Ho Chi Minh, 2014

Sungguh satu momentum bersejarah bagi dunia pendidikan tinggi (PT) di tanah air,
karena untuk pertama kalinya, pada 31 Mei 2022, Universitas Esa Unggul (UEU), satu di
antara 4593 universitas dan PT di Indonesia secara resmi mencanangkan kerjasama
strategis berjangka panjang dengan Arizona State University (ASU) Cintana untuk
mengangkat UEU menjadi universitas bereputasi di dunia.

Dengan aliansi ini, UEU yang diperkuat oleh ASU sebagai universitas di peringkat
pertama paling inovatif di AS, mengguli MIT dan Stanford dalam tujuh tahun terakhir
(US News and World Report 2016-2022) dan masuk di peringkat sepuluh besar
perguruan tinggi terbaik di dunia dalam bidang penelitian dan pengajaran (Times Higher
Education, 2018), saat ini UEU memiliki akses untuk memperoleh semua keunggulan
yang dimiliki oleh ASU, seperti keahlian tata kelola universitas, teknologi pembelajaran
digital, HAKI, pelayanan, inovasi, penelitian bersama, kurikulum, mobilitas mahasiswa
dan dosen, dst.
Demikian pula dengan dukungan Cintana yang dipimpin Douglas Becker bersama
timnya, kelihatannya dapat membawa UEU sebagai PT dari peringkat terbaik ke-14 di
Indonesia (Webometric 2021) menjadi universitas kelas dunia (world class university)
disertai dengan jaringan globalnya. Beeker sebagai pendidri dan CEO Laureate
Education di masa lalu, Laureate telah berkembang menjadi satu jaringan universitas
terbesar di dunia, dengan lebih satu juta mahasiswanya yang belajar di lebih 200
kampuses di 28 negara. Kini, dengan ASU-Cintana, jaringan itu ditargetkan akan lebih
meningkat lagi dalam waktu dekat.
Selain itu, ASU-Cintana juga memiliki keahlian dan pengalaman panjang merintis,
mengelola dan memajukan pendidikan kedokteran di berbagai belahan dunia.

Ketika masih di Laureate, tim ASU-Cintana yang diketuai oleh Francisco Gutierrez, Professor dari Harvard University, telah secara inovatif menjadikan Laureate sebagai jaringan
pendidikan profesi kedokteran dan ilmu kesehatan terbesar dan terkemuka di dunia
dengan lebih 250.000 mahasiswanya, tersebar di lebih 40 program gelar dan keahlian
atau spesialisasi. Ini semua tersebar di 18 negara, di 37 universitas, dan di 158 Kampus.

Kini Gutierrez sebagai ilmuwan dan arsitek pemajuan pendidikan kedokteran terkemuka
di abad ini bersama timnya telah hadir di Indonesia dan telah berkonsultasi dengan
Ditjen Pendidikan Tinggi, Ditjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan dan
Konsil Kedokteran Indonesia bagi pemajuan pendidikan kedokteran dan profesi
kesehatan di tanah air.

UEU yang diperkuat ASU-Cintana kelihatannya dapat menjadikan universitas ini sebagai
leader pendidikan kedokteran dan kesehatan di Indonesia di masa depan, meski belum
memiliki Fakultas Kedokteran, tetapi 11 di antara 35 program studinya terkait dengan
pendidikan kesehatan.

ASU-Cintana yang mejalin kerjasama dengan UEU dalam jangka panjang, tidak hanya
akan membesarkan skala dan jumlah mahasiswa dan tenaga akademiknya tetapi juga akan meningkatkan mutunya menjadi PT berkelas dunia. Sebagai contoh,
pengalamannya beraliansi dengan Universidad de Valle de Mexico (UVM) dari 2002
dengan jumlah mahasiswanya 35.000 dapat ditingkatkan menjadi 120.000, dan
sekaligus menjadikan UVM sebagai PT peringkat kelompok 10 terbaik di antara sekian
ratus PT di negara itu.
Dalam setiap kerjasama ASU-Cintana dengan universitas mitranya selalu mendorong
kekuatan dan keunggulan internalnya dengan dukungan semua unsur komunitasnya.
ASU-Cintana akan selalu hadir untuk memberi nilai tambah inovatif di setiap lini
kehidupan tri-dharma PT itu, termasuk pengembangan kurikulumnya, tenaga dosennya,
penelitinya, infrastrukturnya, program studi dan pengabdian masyarakatnya, dan
sumber-sumber yang diperlukan lainnya.

Kehadiran ASU Cintana di UEU adalah satu model kerjasama yang unik tidak hanya di
Indonesia tetapi juga bagi kawasan ASEAN. Model aliansi ini dapat memberi nilai tambah
sebagai aset baru bagi model pengembangan kerjasama PT yang sudah ada di lingkup
ASEAN saat ini.
Pertama, ASEAN telah mengembangkan the ASEAN University Network (AUN) sebagai
wadah kerjasama dan jaringan perguruan tinggi di Asia. Wadah ini didirikan pada
November 1995 negara-negara anggota ASEAN, dengan melibatkan 13 PT
(https://www.aunsec.org/).
Model AUN ini menawarkan berbagai program pertukaran mahasiswa dan dosen,
pemberian beasiswa, kajian ASEAN, kerjasama penelitian dan pertukaran informasi, dsb.
Sekretariat AUN berada Chulalongkorn University di Bangkok, berdekatan dengan
kantor sekretariat ASEAN untuk memudahkan koordinasi dengan kegiatannya di negara-
negara anggota ASEAN.
Kedua, ASEAN telah secara resmi membentuk Regional Centre for Higher Education
Development (RIHED) pada 1993, Konferensi SEAMEO ke-26. Pusat ini bertujuan untuk
memajukan harmonisasi sistem PT di Asia Tenggara (https://www. rihed.seameo.org)
RIHED memiliki agenda prioritas pada bidang: tata kelola universitas, kepemimpinan
dan pengembangan PT; ASEAN Quality Assurance Framework dan pengembangan
kurikulum inti; Credit transfer system and diploma supplement; mobilitas mahasiswa
dan dosen; e-Learning and mobile learning; dan pengelompokan-pengelompokan minat
penelitian.
Untuk mendukung pelaksanaan agenda strategis itu, RIHED membentuk Asian
International Mobility for Students (AIMS) pada 2010 sebagai pilot project yang diinisiasi oleh Malaysia, Indonesia dan Thailand. Program AIMS ini terlihat maju pesat dalam satu decade terakhir dan saat ini sudah diikuti Sembilan negara, 78 PT, menawarkan pertukaran mahasiswa S1 selama satu semester untuk 10 program studi.Sejak 2010, program ini sudah diikuti oleh lebih 5.000 mahasiswa AIMS.

 

Ketiga, untuk mendukung pelaksanaan kebijakan Kampus Merdeka, aliansi UEU-ASU
Cintana kelihatannya dapat memperkuat dan mendukung UEU melaksanakan keijakan
itu dengan melibatkan 16.000 mahasiswanya untuk mengikuti perkuliahan tiga semester
di PT mana saja di jaringan ASU-Cintana di sekitar 200 kampus yang tersebar berbagai
belahan dunia.
Aliansi UEU-ASU Cintana dalam wadah kebijakan Kampus Merdeka dapat berbagi
pengalaman dan keunggulan dengan semua PT di tanah air atau di lingkup ASEAN.
Pendekatannya mirip dengan pelaksanaan Bologna Process di Eropa.
Bologna Process membawa seluruh PT di Eropa pada satu sistem pengelolaan yang lebih
koheren sehingga memudahkan mobilitas dosen dan mahasiswanya berinteraksi dalam
melaksanakan tri-dharmanya tanpa sekat kaku, sehingga seluruh PT-nya lebih inklusif,
lebih terbuka, sehingga menjadikan PT Eropa lebih menarik dan lebih kopetitif di dunia.

Terakhir, aliansi UEU-ASU Cintana dalam kerangka kebijakan Kampus Merdeka
sungguh satu momentum yang bersejarah di tengah proses ASEAN bergerak ke satu
kawasan masyarakat tunggal secara politik, ekonomi, dan sosial budaya seperti halnya
kawasan Uni Eropa saat ini.
Pada KTT ASEAN ke-12 pada Januari 2007, di Cebu, Filipina, para pemimpin ASEAN
menegaskan kembali komitmennya untuk mempercepat terwujudnya satu komunitas
tunggal ASEAN secara politik, ekonomi, dan sosial budaya pada 2015. Kemudian pada
KTT ASEAN ke-27 Kuala Lumpur, pada 22 Nov. 2015, ASEAN mengadopsi Visi
Komunitas Tunggal ASEAN 2025, dan mencanangkan terwujudnya satu kawasan
masyarakat berbasis aturan, pembangunan berbasis dan berpusat pada manusianya
dengan Satu Visi, Satu Identitas dan Satu Komunitas.

Semoga, dengan aliansi UEU-ASU Cintana, seluruh universitas dan PT yang tersebar di
sepuluh negara anggota ASEAN yang sudah berjumlah 7446 (ASEAN, 2021), dapat
medapatkan manfaat dari aliansi ini sebagai salah satu aset kawasan menuju
terwujudnya ikhtiar ASEAN yang telah dicanangkan pada saat kelahiran ASEAN yang
dikenal dengan Deklarasi Bangkok pada 8 Augustus 1967.
Sebagaimana yang telah dicanangkan dalam Deklarasi Bangkok, salah satu di antara
tujuh tujuan dibentuknya ASEAN adalah untuk memajukan pendidikan di Asia Tenggara.
Setelah 55 tahun perjalanannya, kini ASEAN memiliki satu tambahan aset baru yakni
Aliansi UEU-ASU Cintana yang dapat bersinergi dengan AUN, RIHED, untuk
memperkuat sumberdaya insani ASEAN menuju terwujudnya masyarakat tunggal
ASEAN menjelang 2030.(ABIM)