Makassar, Sulawesi Selatan, ABIM (28/10/2017) – Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan di era globalisasi saat ini, kemajuan suatu negara di tentukan oleh sejauh mana masyarakat dan rakyatnya memiliki pendidikan yang maju, dan keahlian terlebih dahulu.
“Karena itulah pendidikan menjadi hal yang sangat penting dan utama, khususnya juga bagaimana menggabungkan pendidikan, pengetahuan, teknologi, dan juga keimanan kita semua,” kata Wapres saat peresmian Kampus II Pesantren Moderen Ikatan Mesjid Musala Indonesia Muthahidah (IMMIM) Putra di Desa Moncongloe Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 28/10
Lebih lanjut Wapres mengungkapkan kriteria pendidikan modern yang dibutuhkan saat ini menekankan pada kreatifitas dan inovatif sehingga para peserta didik mampu menciptakan dan memperbaiki sesuatu yang bermutu serta nenpunyai nilai tambah.
“Yang harus utamakan ialah suatu kreatifitas suatu pengetahuan yang menimbulkan nilai tambah dan mempunyai kecerdasan yang baik. itulah yang menjadi dasar kebutuhan (pendidikan) pada hari ini. Itulah yang dimaksud modern pada dewasa ini, harus lebih kepada teknologi, sistem yang baik, dan penemuan yang baik. kita harapkan pada pendidikan yang akan datang semua telah berubah IT dan Teknologi,” terangnya.
Wapres menambahkan bahwa pendidikan di IMMIM, harus didorong kearah yang kreatif dan inovatif, untuk menjadi wirausaha muda bukan menjadi pegawai negeri sipil.
“Jaman dulu orang mengandalkan Ijazah tapi jaman sekarang Ijazah tidak berarti lagi, kenapa tidak berarti sekarang karena dulu Ijazah dipakai untuk menjadi pegawai negeri, sedangkan yang diterima sekarang selama setahun paling tinggi hanya 50 ribu setahun itupun mungkin kurang sedangkan yang lulus 1 juta per tahun.” Ujarnya.
Untuk itu, Wapres inginkan pendidikan harus menciptakan pengusaha-pengusaha intrepreneur sebagaimana yang dilakukan Almarhum KH Fadeli Luran IMMIM, sebahai pedagang disamping mengurus umat.
“Apalagi pendiri Almarhum KH Fadeli Luran merupakan pengusaha. Beliau pengusaha percetakan, hubungan dagang dan sebagainya, dari situ ia membagi waktunya dalam tingkat-tingkat suatu pendidikan.,” tuturnya.
Di kesempatqan tersebut, Wapres mengungkap kenangan pribadinya dengan almarhum KH Fadeli Luran selaku pendiri Ponpes IMMIM. “Pengurus IMMIM dan hadirin sekalian mendoakan almarhum orang tua kita semua, KH Fadeli Luran selaku pendiri IMMIM,” kenangnya.
Wapres juga menceritakan ketika dirinya berjuang bersama almarhum KH Fadeli Luran di awal pendirian IMMIM, “Kami sering bersama dan saya jadi wakilnya, sementara di IMMIM saya menjabat sebagai Sekjen pertama. Apa yang dilakukan almarhum merupakan contoh bijak yang perlu kita jadikan pembelajaran,” pesannya.
Sebelumnya, Ketua Yayasan Dana Islamic Centre (YASDIC) IMMIM, Ridwan Abdullah melaporkan bahwa Ponpes khusus Putra dapat menampung sekitar 1500 hingga 2000 santri. “Tahap pertama ini kapasitasnya hanya 350 santri. Sekarang sudah bisa menampung hingga 500 santri,” ucapnya.
Khusus IMMIM Putra di Moncongloe merupakan program pemindahan santri dari kampus Tamalanrea untuk tingkatan Madrasah Aliyah (MA). Untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) masih dipusatkan di Tamalanrea, yang berada di Makassar.
Seperti diketahui, pesantren IMMIM ini berada di Makassar dan dikelola oleh Yayasan Dana Islamic Center (YASDIC) Ikatan Masjid Mushalla Indonesia Muttahidah (IMMIM). YASDIC IMMIM didirikan pada tahun 1964 oleh KH Fadeli Luran sebagai organisasi kemasjidan yang berusaha menjunjung tinggi persatuan ummat.
Saat ini, kampus ini berada di lahan seluas 8 ha, dilengkapi berbagai fasilitas pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, rumah pembina, dan fasilitas olahraga.
Ini salah satu pesantren modern pertama di luar Pulau Jawa. Saat ini membina sekitar 900 santri dan telah menamatkan lebih dari 6 ribu santri. Para alumni sekarang menyebar di berbagai daerah di Indonesia dengan beragam profesi.
Selesai peresmian, Wapres melakukan peninjauan pondok pesantren dan di wawancarai oleh salah satu santriawan.
Sebelum kembali ke rumah pribadinya, Wapres menyempatkan peninjauan taman Universitas Hasanuddin dan gedung PMI yang sedang di bangun (ABIM/KIP-Setwapres)