Cianjur, Jawa Barat, ABIM (22/3/2019) – Kolaborasi pengelolaan kawasan konservasi dengan masyarakat terbukti mampu memberikan multiplier effect (efek pengganda) bagi kelestarian kawasan dan ekonomi masyarakat sekitar. Selain menjadi sistem penyangga kehidupan, pusat pengawetan keanekaragaman hayati dan dimanfaatkan secara lestari, sebuah taman nasional menjadi bagian dari pertumbuhan Wilayah. Sistematika pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dapat dijadikan rujukan pengelolaan kawasan terkini yang mengedepankan masyarakat.
“Taman Nasional harus memberikan estetika dan keindahan; Memberikan jaminan masa depan bagi kehidupan masyarakat yang lebih baik; Memberikan manfaat ekonomi; dan Pendorong ekonomi masyarakat selain kesempatan kerja dan bisa membangun ekonomi lokal dengan tetap menjaga manajemen konservasi dan fungsi-fungsinya”, ucap Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya dalam acara “Festival Kolaborasi TNGGP dengan Masyarakat sekitar Kawasan” di Cibodas Kabupaten Cianjur, Jum’at (22/03/2019). .
Sebagai salah satu taman nasional tertua di Indonesia yang telah berusia genap 39 tahun, banyak terobosan pengelolaan yang telah dilakukan oleh Balai Besar TNGGP. Baik dalam rangka pengembangan ekowisata sebagai bentuk diversifikasi program wisata, sistem pengelolaan pengunjung maupun sarana prasarana pendukung wisata. Selain pengembangan wisata, Balai Besar TNGGP telah melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat salah satunya melalui pembentukan Kelompok Tani Hutan (KTH) untuk diberikan akses di zona tradisional dalam rangka meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar kawasan. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya konkrit untuk memberikan kemanfaatan taman nasional bagi masyarakat sekitar dengan tetap mempertahankan kualitas ekologi kawasan.
Kawasan TNGGP seluas 24.270 Ha mempunyai peranan penting sebagai sistem penyangga kehidupan bagi tidak kurang dari 30 juta orang masyarakat sekitar Cianjur, Sukabumi, Bogor, Bandung, Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok dan Bandung, yang mengalirkan sungai-sungai dengan air per tahun ± 213 milyar liter. Selain memiliki fungsi sistem penyangga kehidupan, TNGGP merupakan perwakilan tipe Hutan Hujan Pegunungan Tropis di Pulau Jawa, yang menyediakan habitat Surili, Owa Jawa dan Macan Tutul serta berbagai jenis burung.(ABIM)