/DPD, BPS dan OJK Apresiasi Kinerja Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman

DPD, BPS dan OJK Apresiasi Kinerja Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman

Jakarta, ABIM (3/7/2017)  — Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI optimis Indonesia mampu menjadi lumbung pangan di tingkat Asia Tenggara (Asean) dalam jangka pendek. Demikian disampaikan Ketua Komite II DPD RI, Parlindungan Purba, atas hasil kajian The Economiest Intelligen Unit (EIU) yang menempatkan sektor pertanian Indonesia masuk peringkat 25 dari 113 negara yang diteliti.

“Dan lumbung pangan dunia dalam jangka panjang. Swasembada beras sudah menjadi modal dasar Indonesia,” sambungnya saat dikonfirmasi media melalui pesan instan di Jakarta, Senin (3/7/2017). Lebih jauh, Parlindungan mengaku, torehan positif dari lembaga internasional tersebut membanggakan Indonesia, karena capaian Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah komando Menteri Andi Amran Sulaiman itu menjadi perhatian dunia. “Ini berkat kerja keras pemerintah yang telah mulai membuahkan hasil yang menggembirakan,” jelas Anggota DPD dari Sumatera Utara itu.

Kata Parlindungan, Menteri Amran dan stafnya pun telah berhasil membina kerja sama dengan instansi terkait, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera), TNI, serta lainnya dalam masalah irigrasi dan sebagainya. “Keberhasilan ini, karena koordinasi yang mantap,” yakinnya.

Keterlibatan dan dukungan petani dan pemerintah daerah (pemda) dalah kata kunci kesuksesan lainnya, baik dalam fasilitas alat dan mesin pertanian (alsintan), kredit petani, serta sebagainya.

Sebelumnya, data BPS menyebutkan bahwa pertumbuhan sektor pertaniaan berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai 13,6 persen. Ketua Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D Hadad menyebutkan sektor pertanian merupakan sektor kedua yang memiliki kontribusi terbesar terhadap PDB Indonesia.

“Sektor pertanian menjadi sangat penting, karena lebih dari separuh PDB sektor industri pengolahan adalah berbasis pertanian. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan penyerap terbesar tenaga kerja, yaitu sekitar 35 persen dari total tenaga kerja”, ujar Hadad.

Bahkan Hadad menambahkan jika sektor pertanian dipandang secara holistik dari hulu hingga hilir dalam suatu rantai nilai, maka kontribusinya sekitar 55 persen.

Berdasarkan hasil riset EIU dan Barilla Center for Food and Nutrition (BCFN) Foundation tentang Indek Keberlanjutan Pangan (Food Sustainability Index/FSI), sektor pertanian Indonesia masuk 25 besar dari 113 negara yang menjadi sampel. Artinya, mengalami lonjakan signifikan dibanding tahun sebelumnya, di mana Indonesia berada pada rangking 71 dan posisi 74 pada dua tahun kebelakang. Kemudian, Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara atau Asean yang sukses menembus 25 besar.

Penelitian menggunakan pertimbangan 2/3 penduduk dunia berada di 25 negara tersebut dan sudah mencakup 87 persen dari total PDB dunia. Riset FSI sendiri disusun berdasarkan 58 indiaktor dan mencakup empat aspek. Yakni, secara keseluruhan (overall), pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), kehilangan/susut pangan dan limbah (food loss and waste) serta aspek gizi (nutritional challenges).

Secara keseluruhan, Indonesia berada di peringkat 21 dengan skor 50,77 setelah Brasil serta berada di atas Uni Emirat Arab, Mesir, Arab Saudi, dan India. Untuk sustainable agriculture, Indonesia bercokol di rangking 16 (53,87) setelah Argentina serta berada di atas Cina, Ethiopia, Amerika Serikat, Nigeria, Arab Saudi, Afrika Selatan, Mesir, Uni Emirat Arab, dan India.

Pada kategori ini, Indonesia mendapat skor tinggi pada ketersediaan sumber daya air yang melimpah, rendahnya dampak lingkungan sektor pertanian pada lahan, keanekaragaman hayati lingkungan, produktivitas lahan, serta mitigasi perubahan iklim.(ABIM)