Jakarta, ABIM (11/8/2017) – Menjelang peringatan 72 tahun kemerdekaan Indonesia, tantangan ke depan semakin berat dan membutuhkan kerja keras bersama untuk menyebarluaskan nilai-nilai optimisme. Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo ketika Silaturahmi Nasional ke-2 Pendukung Setia Jokowi di JI Expo Kemayoran Jakarta Pusat, Jumat 11 Agustus 2017.
Dua hal yang menjadi kunci untuk menjawab tantangan ke depan yang semakin berat, yakni saling percaya dan bekerja sama. “Dua hal ini yang sangat penting, harus terus kita kuatkan,” ucap Presiden.
Berbagai program pemerintah, seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang harus diawasi pelaksanaannya agar tepat sasaran. “Apakah sudah sampai ke tangan yang benar yang membutuhkan?,” ujar Presiden.
Anggaran yang digunakan untuk program-program tersebut tidaklah sedikit, sehingga masyarakat harus turut mengawal dan mengawasi program tersebut. “Kalau belok-belok sampaikan kepada kita, sampaikan ke saya sehingga yang belum baik kita perbaiki, kita benahi. Inilah fungsi-fungsi pengorganisasian masyarakat sehingga makin dipercaya masyarakat,” ucap Presiden.
Demikian pula dengan dana desa, Presiden meminta keterlibatan masyarakat dalam pemanfaatan dana desa tersebut. “Saya minta semua ikut mengawasi, mengecek, mengontrol agar uang ini tidak dikorupsi, agar tidak diselewengkan, tidak hilang, dan bisa memperbaiki infrastruktur desa, bisa memperbaiki irigasi, jalan-jalan desa, membangun embung di desa,” tuturnya.
Presiden meyakini bila penggunaan dana desa ini tepat sasaran makan akan mendongkrak perekonomian di desa-desa. “Karena setiap desa minimal mendapat Rp800 juta, gede sekali. Jangan sampai ini diselewengkan oleh aparat-aparat pemerintahan desa,” katanya.
Lebih lanjut, Presiden mengatakan bahwa pemerintah kini tengah gencar membangun infrastruktur, seperti jalan tol di Sumatra dan Jawa, membangun jalur kereta api di Sulawesi dan juga trans Kalimantan serta trans Papua.
Tidak hanya pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah, tapi juga mewujudkan sila kelima dari Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Saat ini, masyarakat di Papua dapat merasakan harga yang sama untuk pembelian satu liter bensin, setelah selama puluhan tahun mereka membeli bensin seharga Rp60 ribu untuk setiap liternya.
“Saya perintahkan beli pesawat untuk angkut BBM dan 8 bulan lalu harga BBM di Papua sama dengan di Jawa, Rp 6.550 per liter,” kata Presiden.
Setelah berhasil mewujudkan satu harga BBM di tanah air, Presiden menginginkan harga semen di Papua yang masih mahal dapat mendekati harga di pulau Jawa, dimana harga semen per sak di Wamena saat ini Rp 2,5 juta per sak, sementara di Jawa harganya Rp 70 ribu per sak.
Setelah pembangunan infrastruktur tuntas, pemerintah akan memfokuskan pada pembangunan sumber daya manusia (SDM). “Pembangunan SDM kuncinya, percuma sumber daya alam besar tapi kalau SDM tidak memiliki produktivitas yang baik,” tutur Presiden.
Setelah pembangunan infrastruktur dan pembangunan SDM dilakukan dengan baik, maka tahapan besar berikutnya adalah memasuki industri dan jasa. “Memang tahap-tahap ini harus kita lalui, tidak mungkin hanya bicara infrastruktur tanpa membangun SDM kita. Itulah pentingnya vocational training, mengubah jurusan SMK kejuruan, politeknik-politeknik,” ucap Presiden.
Presiden mengatakan, saat ini jurusan yang tersedia di berbagai institusi pendidikan masih terlalu monoton. “SMK kita tidak berubah-ubah jurusannya, selalu jurusan bangunan, mesin ya kan? Enggak ada jurusan animasi, jurusan video, mestinya itu, mestinya jurusan meme juga ada. Kita terlalu lama rutinitas terlalu lama monoton dan tidak berani melakukan terobosan,” ucap Presiden.
Antisipasi Dampak Perubahan Global
Di awal sambutannya, Presiden mengingatkan bahwa saat ini dunia bergerak dengan cepatnya bahkan perubahan terjadi hampir setiap detik, setiap hari, setiap minggu terjadi perubahan-perubahan. “Seperti itulah yang harus kita antisipasi, dunia bergerak sangat cepatnya. Marilah kita lihat betapa perubahan sangat cepat,” kata Presiden.
Kita tidak boleh tertinggal dari negara-negara lain dan harus siap berkompetisi serta bersaing. “Untuk itu, kita harus mengorganisasikan diri, ajak rakyat untuk memiliki etos kerja yang baik, memiliki produktivitas yang baik,” ucapnya.
Presiden juga mengingatkan adanya tantangan-tantangan yang disebabkan perkembangan teknologi yang akan mengubah pola interaksi yang terjadi di masyarakat.
“5-10 tahun lagi mungkin kita sudah tidak baca koran lagi, sudah tidak lihat TV lagi. Hanya bermodalkan smartphone, gadget, karena berita online ada di situ, mau llihat TV, klik video,” tutur Presiden.
Oleh karenanya, perubahan pola pikir harus segera dilakukan mengingat persaingan telah di depan mata. Selain itu, perubahan lanskap politik, ekonomi dan politik juga harus diantisipasi. “Jangan salah mengambil posisi karena masa transisi penting untuk selalu mendengarkan perubahan-perubahan di masyarakat, apa keinginan mereka,” kata Presiden.
Yang tidak kalah pentingnya adalah interaksi komunikasi juga sudah berubah dan harus disadari. Komunikasi memerlukan cara-cara baru dan pendekatan. “Jangan sampai memakai tradisi-tradisi lama yang sudah tertinggal di masyarakat. Pakailah cara-cara baru, lebih kekinian, lebih update dengan teknologi,” ujar Presiden.(ABIM)