Jakarta, ABIM (20/4/2019) – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melepas ekspor daging ayam olahan dan pakan ternak ke tiga negara yakni Jepang, Timor Leste, dan Papua New Guinea pada Jumat (20/04). Dalam acara yang berlangsung di Ancol, Jakarta Utara tersebut, Amran menyampaikan bahwa ekspor merupakan bukti bahwa produktivitas ayam nasional tinggi dan berkualitas, sehingga siap memasok kebutuhan pangan dunia.
Sebanyak 6 ton ekspor perdana daging ayam olahan dilepas ke Jepang. Sedangkan ke Timor Leste, Indonesia mulai ekspor sekitar 120 ton pakan ternak dan 6,6 ton daging ayam olahan. Untuk Papua New Guinea, ekspor kali ini adalah yang keempat kalinya sejak Maret 2017 lalu.
“Ekspor ini adalah bukti Indonesia bisa ikut bersaing dengan negara lain dalam memproduksi daging dengan kualitas premium dan sesuai dengan persyaratan internasional,” kata Amran.
Amran menyebut, saat ini produksi ayam ras nasional mengalami surplus dibandingkan dengan kebutuhan nasional. Statistik Peternakan 2017 menunjukkan populasi ayam ras pedaging (broiler) mencapai 1,69 miliar ekor, lalu ayam ras petelur (layer) mencapai 166,72 juta ekor dan ayam bukan ras (buras) mencapai 310,52 juta ekor. Sangat berlebih jika dibandingkan data konsumsi daging ayam ras masyarakat Indonesia sekitar 11,5 kg/kapita/tahun, dan konsumsi telur 6,53 kg/kapita/tahun.
Kualitas ayam produksi Indonesia juga cukup baik, apalagi untuk mendapatkan persetujuan dari negara calon pengimpor tidaklah mudah. Sejumlah kebijakan Kementerian Pertanian telah mendorong peningkatan kualitas ayam yang akan diekspor, diantaranya menerapkan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare), dan telah mendapatkan Sertifikat Kompartemen bebas penyakit Avian Influenza (AI).
Selain itu, melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian sangat memperhatikan Sertifikat Veteriner sebagai bentuk penjaminan pemerintah terhadap pemenuhan persyaratan kelayakan dasar dalam sistem jaminan keamanan pangan produk hewan.
Kebijakan tersebut turut berkontribusi pada capaian ekspor sub sektor peternakan sangat fantastis. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pencapaian nilai ekspor komoditas subsektor peternakan 2017 mengalami peningkatan sebesar 14,85% dibandingkan 2016. Nilai ekspor $623,9 juta atau setara dengan Rp8,5 triliyun.
Kontribusi volume ekspor 2017 untuk subsektor peternakan merupakan yang terbesar pada kelompok hasil ternak, yakni sebesar 64,07%. Salah satunya adalah daging ayam. Negara tujuan ekspor subsektor peternakan terbanyak adalah Hongkong (23,10%) dan China (21,96%).
Secara khusus, ekspor daging ayam tahun 2017 mencapai sebesar 325 ton, meningkat 1.800% dibandingkan tahun sebelumnya. Begitu juga dengan ekspor telur unggas sebanyak 386 ton atau meningkat 27,39% dibanding 2016.
“Peningkatan ekspor berbagai komoditi pertanian termasuk produk peternakan ini tentunya akan meningkatkan perekonomian negara,” ungkap Menteri Amran. “Kebijakan Pemerintah untuk mewujudkan Indonesia pada Tahun 2045 menjadi Lumbung Pangan di Dunia sedikit demi sedikit telah dapat dibuktikan,” tambahnya.
_*Peluang Ekspor Masih Terbuka Lebar*_
Secara umum, sub sektor peternakan Indonesia turut meningkatkan ekonomi negara. Selama 2015-2017 misalnya, rata-rata pertumbuhan volume ekspor mencapai 8,16%, dan nilai ekspornya sebesar 18,69%.
Selain itu, salah satu komoditas subsektor peternakan yang memiliki potensi ekspor lainnya adalah pakan ternak. Produksi pakan ternak di Indonesia tersebar pada 82 pabrik pakan di 11 provinsi. Pada 2017, menghasilkan pakan ternak sebanyak 18,2 juta ton. Selama periode 2015-2018, volume ekspor bahan pakan ternak sebanyak 635.293,6 ton dengan nilai Rp1,19 trilyun.
Ekspor juga sudah dilakukan untuk komoditas obat hewan, yang sejak tahun 2015 sudan ekspor dengan nilai Rp17,50 trilyun ke 87 negara. Begitu juga dengan ekspor telur ayam, kabing dan domba, serta susu dan produk olahannya. Sejauh ini, secara keseluruhan peternakan Indonesia sudah mampu menembus lebih dari 110 negara.
Kementerian Pertanian terus mendorong pelaku usaha perunggasan untuk melakukan industrialisasi perunggasan nasional, sehingga akan mampu melakukan ekspor dan bersaing diperdagangan global. Selain peningkatan kuantitas dan kualitas, kemampuan membaca peluang dunia perlu ditingkatkan karena permintaan global masih cukup besar. Salah satunya adalah pasar nontradisional di Timur Tengah dan negara-negara mayoritas muslim untuk produk bersertifikasi halal.(ABIM)