Wajo, Sulawesi Selatan, ABIM (4/10/2025) – Langit malam di Lapangan Merdeka Sengkang seakan bergetar oleh lantunan shalawat. Puluhan ribu umat dari berbagai penjuru Wajo, santri, masyarakat, dan tamu undangan tumpah ruah dalam kegiatan Wajo Bershalawat, salah satu rangkaian dari Musabaqah Qiraatil Kutub Internasional (MQKI) 2025 yang berlangsung di Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan pada Kamis, 2/10/2025.
Suasana penuh haru dan syahdu tercipta ketika doa-doa dan pujian kepada Rasulullah SAW bersahut-sahutan, menggema di udara, menyatu dengan kesejukan malam. Ribuan wajah menengadah, bibir bergerak serempak menyebut nama junjungan.
Menag: Hadirkan Rasulullah di Hati
Menteri Agama Nasaruddin Umar, yang hadir dalam majelis penuh berkah itu, mengajak jamaah untuk menghidupkan kerinduan kepada Nabi Muhammad SAW.
“Malam ini, mari hadirkan Rasulullah di hati kita masing-masing. Mari suarakan kerinduan kita. Semoga Rasulullah kelak mengenali kita sebagai umatnya yang merindukannya, sehingga kita dapat peroleh syafaatnya,” ucap Menag, disambut lantunan shalawat yang semakin menguat.
Menag juga bercerita, sebelumnya ia menghadiri forum ilmiah Halaqah MQKI di Macanang, tempat para ulama berdiskusi tentang khazanah turats dan pemikiran kontemporer. Malam itu, ia terkesan karena di dua tempat berbeda—forum ilmiah dan majelis shalawat—semangat masyarakat tetap sama: meneguhkan cinta pada ilmu dan Rasul.
Menag berkisah tentang Rasulullah yang menangis tanpa sebab pun kembali dihidupkan. Tangis itu ternyata karena kerinduan beliau kepada umatnya—umat yang baru lahir berabad-abad setelah wafatnya dan posisinya jauh dari tempat tinggal Rasulullah saat itu.
“Semoga umat yang dilihat Rasulullah kala itu adalah kita yang malam ini berkumpul di Lapangan Merdeka Wajo, kembali menyerukan kerinduan pada beliau,” kata Menag.
Majelis Penuh Cinta
Hadir pula Habib Ali Zainal Abidin Assegaf yang memimpin pembacaan shalawat dengan penuh kekhusyukan. Dalam petikan ceramahnya, Habib Ali mengingatkan makna terdalam dari menyebut nama Rasulullah.
“Barangsiapa yang memanggil namaku, insyaallah ruh Nabi akan berada di sekitarnya. Shalawat ini bukan sekadar lantunan, tapi ikatan cinta,” ujarnya.
MQKI untuk Semua
Kegiatan Wajo Bershalawat menjadi bukti bahwa MQKI 2025 bukan hanya milik kalangan santri, tetapi juga pesta ruhani bagi seluruh masyarakat. Gus Romzi, salah satu pengisi acara, menyampaikan satu hal yang harus diapresiasi, MQKI bukan hanya milik santri. “Seluruh rangkaian MQKI dapat dinikmati oleh semua. Wajo Bershalawat malam ini adalah bukti nyata masyarakat datang dengan cinta, membawa berkah,” ungkapnya.
Bagi warga Wajo, kehadiran MQKI dan majelis shalawat membawa kebanggaan tersendiri. “Saya sangat bangga kegiatan sebesar ini diamanahkan kepada Wajo. Ini bisa menjadi motivasi bagi saya dan warga untuk semakin mencintai ajaran Nabi,” ungkap Nur Amalia, warga Wajo.
Bagi generasi muda, acara ini juga memberi pengalaman spiritual yang tak terlupakan. “Saya takjub dengan kegiatan sebesar dan megah ini. MQKI dan Wajo Bershalawat benar-benar mengabadikan semangat dan rasa rindu kepada Nabi Muhammad,” tutur Ismiati, mahasiswa UIN Makassar.
Tak hanya itu, kegiatan ini juga memberi ruang pemberdayaan ekonomi. “Di sini kami belajar dan mencari pengalaman dalam berwirausaha. Kami menjajakan produk dari inkubasi kemandirian pesantren yang bekerja sama dengan UMKM sekitar pondok kami di Pinrang,” jelas Abid Afwan Jamil, santri Pondok Pesantren Mazra’atul Akhirah, Pinrang.
Di bawah langit Wajo yang cerah, cahaya lampu panggung berpadu dengan gemerlap bintang, seakan turut bershalawat bersama ribuan jamaah. Cuaca malam yang bersahabat kian menambah syahdu suasana.
Wajo Bershalawat bukan sekadar acara tambahan dalam MQKI 2025, melainkan penanda bahwa pesantren, ulama, dan masyarakat memiliki satu bahasa universal: bahasa cinta kepada Rasulullah. Malam itu, Wajo bukan hanya menjadi tuan rumah perhelatan internasional, tetapi juga panggung rindu yang menembus langit.
Kegiatan ini dibuka Menteri Agama Prof KH Nasaruddin Umar.Turut hadir diantaranya, Sekjen Kemenag Prof Kamaruddin Amin, Dirjen Pendis Kemenag RI Prof Suyitno, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Dr Basnang Said, serta Ketua Komisi VIII DPR RI Marwan Dasopang.
Tampak pula Dirjen Bimas Katolik, Kristen, Buddha, dan Hindu, serta Ketua Dewan Hakim Said Agil Husin Al Munawwar.
Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman, Wakil Ketua DPRD Sulsel Sufriadi Arif, Bupati Wajo Andi Rosman, dan Forkopimda Wajo turut hadir bersama ratusan kafilah nasional dan internasional.(ABIM)