Singapura, ABIM (6/9/2017) – Dalam setiap kunjungan kerjanya di tanah air, Presiden Joko Widodo sering membagi-bagikan sepeda kepada masyarakat. Ternyata kebiasaan Presiden membagikan sepeda ini juga diketahui masyarakat Indonesia yang berada di Singapura.
Dalam Temu Kangen Presiden RI dan Ibu Negara yang dihelat di KBRI Singapura, Rabu malam, 6 September 2017 dan dihadiri sekira 1.600 orang itu, tidak sedikit warga yang berteriak, “Sepedanya Pak, sepeda Pak”.
Oleh karenanya, saat memanggil warga Indonesia yang memenuhi halaman tengah KBRI, hampir semuanya ingin dipanggil ke atas panggung.
Zaki dari Banyuwangi misalnya, ia berhasil menjawab 6 provinsi, yakni Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Papua.
Setelah bersalaman, ia pun menanyakan,”Dikasih sepeda enggak ?”
Presiden hanya mempersilakan Zaki kembali ke tempatnya. “Sepedanya Pak,” ucap Zaki. Presiden pun hanya tersenyum. Saat Zaki menuruni tangga panggung, Presiden pun berkata,”Ambil sepedanya”.
Tampak Zaki kegirangan dan mencoba sepedanya.
Sementara itu, Juniarti dari Brebes berhasil menjawab enam suku yang ada di Indonesia, yaitu suku Jawa, suku Sunda, suku Batak, suku Madura, suku Dayak dan suku Bugis. “Sepedanya dikirim ke Brebes ya Pak,” ucap Juniarti.
Seorang mahasiswa yang tengah belajar di salah satu perguruan tinggi di Singapura jurusan pemasaran, Gilang, juga berhasil membawa sepeda setelah mengucapkan Pancasila.
Gilang yang akan menyelesaikan studinya pada Oktober nanti dan akan melanjutkan menulis puisi, sempat membacakan puisi karyanya tentang patah hati yang disimpan di telepon genggamnya.
“Baca puisi cepetnya kok kayak gitu,” ucap Presiden setelah mendengarkan Gilang membaca puisi.
Presiden pun melanjutkan membaca puisi dengan membaca dari telepon genggam Gilang.
Tanpa menunggu gelap,
Mereka putuskan janji sebelumnya,
Dan menggantinya dengan kesedihan.
Akan tetapi, sepi tak pernah terlihat melekat padamu.
Aku tahu, kau paling kuat.
Tapi, mungkinkah manusia biasa yang tiada berkekuatan dewa ini mampu bertahan?
Perihal menyembunyikan sepi.
“Ini puisinya bagus banget,” ucap Presiden.
Sebelum meninggalkan panggung, Gilang meminta izin kepada Presiden untuk berbicara. Ia berpesan agar semua pelajar dan mahasiswa Indonesia di Singapura kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studinya. “Buat ngebantuin Pak Jokowi, saya pengen kita semua yang bangun sama-sama Indonesia” ucapnya.
Jaga Nama Indonesia
Dalam kesempatan tersebut, Presiden menjelaskan bahwa saat ini terdapat enam juta Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang tersebar di berbagai negara.
Presiden memahami apabila dari enam juta TKI tersebut ada sebagian kecil TKI yang tengah menghadapi masalah. “Di setiap negara pasti ada satu, dua, tiga, empat, lima, enam (TKI) yang memiliki masalah,” ujarnya.
Masalah itu bisa berasal dari tempat bekerjanya, majikannya yang tidak benar atau masalah berasal dari TKI itu sendiri.
“Oleh sebab itu, saya titip kepada kita semuanya, kita ini membawa nama negara, jadi kalau ada masalah tolong sampaikan ke kedutaan besar, ke Pak Dubes saya sudah titip, ke Bu Menteri Luar Negeri kalau ada masalah cepat selesaikan,” kata Kepala Negara.
Namun, Presiden meminta agar sebelum kembali ke tanah air, diselesaikan dulu urusannya. “Urusan gajinya, urusan mungkin yang berkaitan dengan hukum harus selesai dulu supaya nanti tidak ada masalah di kemudian hari. Kita ingin semuanya yang bekerja di luar itu, sekali lagi membawa nama negara sehingga marilah kita jaga bersama-sama nama Indonesia,” tutur Presiden.
Saat memberikan sambutan, Presiden memaparkan berbagai kemajuan pembangunan infrastruktur, seperti pembangunan jalan tol, pelabuhan laut, bandar udara dan juga pos lintas batas negara (PLBN).
Bahkan Presiden menunjukkan beberapa kondisi terkini dari PLBN Aruk, PLBN Nanga Badau, PLBN Entikong, PLBN Motaain dan PLBN Motamasin
“Kalau tidak bangun kita jadi minder. Sekarang kita tidak boleh minder karena kita lebih baik,” ucap Presiden.
Turut hadir mendampingi Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan Duta Besar Indonesia untuk Singapura I Gusti Ngurah Swajaya.(ABIM)